Pengadilan Hong Kong menyatakan pengusaha Jimmy Lai bersalah dalam pengadilan keamanan nasional

HONG KONG – Pengadilan Tinggi Hong Kong pada Senin menyatakan aktivis pro-demokrasi Jimmy Lai bersalah atas konspirasi untuk berkolusi dengan kekuatan asing dan menerbitkan materi yang menghasut berdasarkan undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan China yang dapat membuatnya dipenjara seumur hidup.

Kasus ini telah menarik perhatian internasional terhadap independensi peradilan Hong Kong di tengah penindasan hak dan kebebasan yang berlangsung selama bertahun-tahun di pusat keuangan global tersebut.

"Tidak ada keraguan" bahwa Lai "telah memendam kebencian dan dendam terhadap" China selama bertahun-tahun dalam hidupnya, kata Hakim Esther Toh kepada ruang sidang yang penuh saat pengusaha itu, mengenakan sweater hijau pucat dan jaket abu-abu, duduk dengan tangan terlipat.

Dua hakim lain dalam kasusnya adalah Alex Lee dan Susana D'Almada Remedios.

Lai, pendiri surat kabar Apple Daily yang kini ditutup dan salah satu kritikus paling menonjol terhadap kepemimpinan Partai Komunis China, telah menghadapi berbagai tuntutan hukum, termasuk kasus-kasus di bawah undang-undang keamanan yang luas yang diberlakukan Beijing sebagai respons terhadap protes pro-demokrasi massal pada 2019.

Lai, yang telah menghabiskan lima tahun di penjara menunggu hasil kasusnya, akan dijatuhi hukuman pada tanggal yang akan ditentukan kemudian. Sidang pra-hukuman di mana Lai dapat memohon keringanan dijadwalkan pada 12 Januari.

Pria berusia 78 tahun, yang menderita masalah kesehatan termasuk diabetes dan tekanan darah tinggi, telah menyatakan tidak bersalah atas tiga tuduhan — satu konspirasi untuk menerbitkan materi yang menghasut, dan dua konspirasi untuk berkolusi dengan kekuatan asing.

Vonis Lai mengakhiri tahun yang menandai hilangnya oposisi demokratis Hong Kong, dengan partai oposisi terbesar kota, Partai Demokratik, memilih untuk membubarkan diri pada hari Minggu di bawah tekanan dari Beijing.

Di luar gedung pengadilan, orang-orang semalam membentuk antrean sepanjang lebih dari satu blok, beberapa dengan perlengkapan berkemah, mencari satu dari 507 tiket ke gedung pengadilan.

Polisi memantau area di sekitar gedung pengadilan.

Seruan untuk membebaskan Lai

Pengadilan Lai dimulai pada Desember 2023 dan merupakan penggunaan profil tertinggi dari undang-undang keamanan nasional Beijing yang luas di bekas koloni Inggris yang kembali ke pemerintahan China pada 1997, dengan vonis yang mengancam sebagai potensi titik api diplomatik baru.

Negara-negara termasuk AS dan Inggris, serta kelompok hak asasi manusia, mengatakan pengadilan ini bermotif politik dan telah menyerukan pembebasan Lai segera. Presiden AS Donald Trump mengangkat kasus Lai dengan Xi dalam pertemuan pada Oktober dan mengatakan dia akan melakukan yang terbaik untuk "menyelamatkan" Lai.

"Jimmy Lai telah bertahan lima tahun di penjara dalam kondisi mengerikan hanya karena melakukan pekerjaannya sebagai pendiri salah satu outlet media paling terkenal dan independen di Hong Kong," kata kelompok advokasi media Reporters Without Borders dalam pernyataan sebelum vonis. "Pengadilan ini hanya dapat digambarkan sebagai sandiwara dan tidak ada hubungannya dengan supremasi hukum."

Pemerintah China dan Hong Kong mengatakan pengusaha tersebut menerima pengadilan yang adil dan bahwa undang-undang keamanan nasional memperlakukan semua orang secara setara. Mereka mengatakan tidak ada kebebasan yang mutlak ketika menyangkut pengamanan keamanan nasional.

Keluarga Lai mengatakan kesehatannya memburuk setelah lebih dari 1.800 hari dalam isolasi, dan dia menderita diabetes, tekanan darah tinggi, dan palpitasi jantung.

Vonisnya datang pada saat yang sensitif bagi Hong Kong, di mana penduduk sedang berduka setelah kebakaran bulan lalu yang menewaskan setidaknya 160 orang dalam salah satu kebakaran terburuk di kompleks perumahan secara global dalam beberapa tahun terakhir.

Otoritas keamanan nasional China telah memperingatkan bahwa mereka akan menindak tegas individu "anti-China" yang mencoba menggunakan kebakaran tersebut untuk "menjerumuskan Hong Kong kembali ke kekacauan" 2019, ketika protes pro-demokrasi besar-besaran memicu krisis politik. – Rappler.com