Abu Dhabi National Oil Company telah mengamankan AED7,34 miliar ($2 miliar) dalam pembiayaan hijau untuk mendanai proyek-proyek rendah karbon di seluruh operasinya.
Fasilitas ini, yang didukung oleh Korea Trade Insurance Corporation (K-Sure), akan memfasilitasi pembiayaan proyek-proyek yang memenuhi syarat yang mematuhi standar keuangan berkelanjutan internasional, kata Adnoc, mengonfirmasi laporan sebelumnya.
"Melalui kemitraan kami dengan K-Sure, kami memperluas akses ke keuangan hijau, memperdalam hubungan ekonomi kami dengan Korea Selatan dan memperkuat posisi Adnoc sebagai pemimpin dalam energi rendah karbon," kata CFO grup Adnoc Khaled Al Zaabi dalam sebuah pernyataan.
Kesepakatan ini menyusul transaksi senilai $3 miliar dengan Japan Bank for International Cooperation pada tahun 2024, membawa pendanaan hijau Adnoc menjadi $5 miliar dalam 18 bulan.
First Abu Dhabi Bank bertindak sebagai koordinator pinjaman hijau, sementara Santander menjabat sebagai koordinator lembaga kredit ekspor untuk fasilitas terbaru.
Adnoc berencana untuk mengurangi intensitas karbon operasionalnya sebesar seperempat pada tahun 2030 melalui investasi $23 miliar untuk mendekarbonisasi operasinya dan mempercepat pertumbuhan hidrogen, geotermal, dan energi terbarukan.
Adnoc sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Abu Dhabi dan merupakan anggota pendiri Oil and Gas Decarbonization Charter, sebuah koalisi perusahaan minyak yang telah berkomitmen untuk nol emisi metana pada tahun 2030, tambah pernyataan tersebut.
Perusahaan ini juga berencana untuk menyerap 10 juta ton karbon dioksida setiap tahun pada tahun 2030 dan menguasai 5 persen pasar hidrogen rendah karbon global pada tahun yang sama, menurut laporan keberlanjutannya.
Adnoc minggu lalu mengamankan hingga AED40,4 miliar dalam pembiayaan terstruktur untuk produksi gas masa depan dari proyek lepas pantai Hail dan Ghasha di emirat tersebut.
Bulan lalu dewan direksi Adnoc mengalokasikan $150 miliar dalam belanja modal antara tahun 2026 dan 2030 untuk mempertahankan operasi minyak dan gasnya karena pangsa Timur Tengah dalam produksi minyak global diprediksi akan tumbuh dalam tahun-tahun mendatang.


